Tuesday, May 21, 2013

Untuk Sang Promotor

Untuk Sang Promotor
by : Ferdi Perwiranata (Fakultas Film dan Televisi - IKJ)

Apa yang membuat hidup ini ceria? Setiap orang pasti punya jawaban masing-masing. Dan aku yakin suara terbesar ada pada kata “sahabat”. Ada yang tau sahabat datangnya dari mana? Stop… biar aku yang pertama menjawan soal ini. Yah,,, aku coba dengan bahasa akademik. Bismillah..,,ehem ehem…

“ada satu lingkungan yang mengajarkan kita banyak hal. Sifatnya memang sangat intern dan sederhana. Tapi dampaknya sangat extern dan Universal. Dari dampak itu, Dia (lingkungan) telah mengajarkan kita tentang apa arti sahabat, seperti apa sahabat itu, bagaimana cara bersahabat, siapa sahabat itu, mengapa kita bersahabat, kapan sahabat itu datang, dan dimana habitat persahabatan. Dari sahabat muncul nyanyian rindu, cinta, kasih dan sayang, yang hadir dengan sendirinya. Berkembang dengan penuh makna. Yang terkadang membuat pilu dan duka. Dan terkadang juga membuat haru dan suka. Inilah cita rasa kehidupan. Dari sini kita tau segalanya, segalanya tentang hati dan nurani. Dia adalah SMADA, ,Sang Lingkungan yang dimaksud.”

Sedikit Unyu memang, kenapa aku harus bilang kalau dia adalah SMADA. Aku ingin menghapus dosaku dengan mengumbar sedikit kejujuran bahwa setengah dari hidupku adalah hasil reproduksi dari Sang Lingkungan. Dia (SMADA) yang mempertemukanku dengan KREASI dan IMAJINASI. Dia (SMADA) pula yang mempertemukanku dengan MOTIVASI dan INOVASI. Dialah PROMOTOR SEJATI, tali pengikat antara AKU dan TAKDIR. Dan Dia (SMADA), telah melekat di DADAKU.

Alinea yang baru, 10 juli 2011. Aku beserta pecinta almamater lainnya sedang memacu hasrat dan pikiran untuk menciptakan sebuah kesan di era persatuan kami bersama Tut Wuri Handayani berseragam putih abu-abu. Semua tipe cerita sudah terkumpul. Giliran aku yang mengolahnya. Kutuliskan rangka cerita dalam satu skenario. Lalu kusampaikan kepada mereka lewat jejaring sosial, karena hanya itu kereta kencananya. Hanya bermodal nekat dan keyakin, tanpa berfikir seperti apa nanti jadinya. Untuk pertama ini memang sebuah Maha Karya, ,Maha Karya Eksperimental. Cemas di hati menjadi lebur melihat semangat mereka pecinta Almamater. Menegemen produksi telah di cetuskan sepuluh hari sebelum kepulanganku ke Bumi Etam Kalimantan Timur. Sebagian property telah disiapkan beserta foto lokasi peristiwa di depan mata lensa.

26 September 2011. Aku kembali dengan sedikit adaptasi bersama mereka pecinta Almamater. Menyatukan pemikiran demi hasil yang terbaik. Aku tidak menyangka, ternyata Cincin persaudaraan kita membuat segalanya berjalan polos. Lima hari berlalu untuk persiapan yang mustahil dilakukan. Tak disangka ada sebuah penolakan yang mengilukan hatiku bersama casting manager. Aku berfikir Basic Story ku akan kehilangan sedikit taste nya. Warung Bubuhan adalah saksi kekalutan kami. Namun Tuhan punya rencana lain. Dihadirkannya sosok pengganti yang pada awalnya aku ragu dengan potensi yang dimiliki, ternyata dia bisa menumbuhkan bunga sebelum kepergianku kembali ke kota Metropol. Ditambah dengan kejutan batin seorang saudara dari Ranah Sumatera yang membuatku percaya bahwa kepulanganku akan sangat berkesan.  Kita seperti bermimpi saat itu. Dan mimpi itu menjadi nyata saat mata lensa sudah berada di tangan kami satu hari sebelum take pertama.

1 Agustus 2011. Hari yang cukup panas bagi yang menjalankan Ibadah Puasa. Berusaha menahan hawa nafsu untuk harapan yang nampak semu saat itu. Dua hari berlalu tanpa hasil yang seharusnya. Semua gusar dengan emosi jiwa yang lepas kontrol. Aku mencoba stabil sebelum penetrasi lebih lanjut. Ternyata masih ada lubang harapan di langit khayal. Kami mencoba merobeknya dengan insting otak kanan. Alhamdulillah, otak kami berfungsi sepenuhnya.
Seminggu berlalu dengan tampilan visual yang meyakinkan. Lima scene berjalan dengan baik, dan masih ada 80 scene lainnya yang masih absrtak. Belum-belum peluru tekanan meletus di kepala kami. Headshot yang sangat perfect, jatuh tepat diantara otak kanan dan otak kiri. “Maaf mabrooo…seminggu ini aku OSPEK, kita lanjut di sisa waktu yang berikutnya aja..okee !! ”, begitulah kata pemeran utama bersama sahabat karibnya waktu kecil. Dari situ kami berusaha mengabadikan sebuah ungkapan konyol semi paksaan, bahwa “tidak ada yang mustahil di dunia ini”. Selongsong peluru yang tadinya kosong masih bisa diisi kembali. Lagi-lagi modal nekat menjadi reload nya. Modal ikhlas kami hadirkan sebagai amunisi tambahan.

Seminggu telah berlalu. Baginya (sang pemeran utama) ini seperti kebebasan. Totalitas menjadi loyalitas kami. Ditambah satu personil yang di datangkan langsung dari pulau seberang Yogyakarta.

Waktu tinggal menghitung hari. Tak sadar sudah tanggal 31 Agustus 2011. 80 scene telah berbaris di foldernya masing-masing. Kita tetapkan 3 September 2011 ratusan mata sudah dapat menikmati hasil keringat kami selama sebulan. Disini kesalahan terbesarku. Dua hari aku menjanjikan ribuan shot telah tersusun pada timeline adobe premiereku. Sayang, dua jam sebelum acara, belum ada yang memuaskan. Tampilan masam terlihat di wajah mereka. Aku pun tak kuasa menahan sesak didada. Gerbong kosong berjalan di atas rel tak berkesinambungan, begitulan kiasan visualnya. Aku melumpuhkan sendi-sendi mereka. membasahi mata mereka dengan air kekecewaan yang didalamnya masih terdapat Kristal harapan yang penuh dengan kepercayaan.

Aku paksa tubuh ini dengan segenap penyesalan. Kususun kembali gerbong-gerbong yang tak berinduk dan tak punya arah. Kulupakan insomnia beserta ion dalam tubuh demi mereka yang aku banggakan. Rasa kantuk tertunduk perih di dasar bola mataku. Sampai pada saat yang dinanti. Sebuah sesi yang ditunggu-tunggu namun sangat tak diharapkan saat itu. Adrenaline kami semakin terpacu dua kali lipat lebih besar dari sepersekian detik pada gerakan normal sebuah shot, terhitung dalam frame per secon. Film diputar. Semua tenang pada awalnya. Ada sedikit gangguan pada gelombang suara yang di pancarkan. Amplotudo yang tidak konstan membuat shok seketika. Bukan kesalahan operator beserta alat dan perkakasnya. Namun lagi-lagi timeline pada adobe premiereku yang bermasalah. Dan semuanya berakhir gantung tanpa penjelasan.

Aku sadari ini kesalahanku. Maafkan aku yang khilaf ini kawan. Aku hanyalah segumpal daging yang diberi nyawa lalu berjalan sendiri dan hanya dituntun dengan pedoman Suci dari Yang Maha Suci dan Yang Punya Arah. Entah lubang apa yang ku injak kali ini. Tapi yang jelas, banyak pelajaran yang bisa ku ambil, khususnya tentang waktu dan pengertian.
Setelah bergelut dengan introspeksi. Bahkan ditambah dengan ronde singkat berkaitan dengan argument dari pihak yang berbeda. Kita berusaha untuk menjadi satu. Membangkitkan motivasi yang hampir lenyap termakan waktu. Walaupun satu per satu  anggota regu pergi meninggalkan kampung halaman. Kita tetap berjuang dengan segenap semangat yang ada. Belajar dari kesalahan yang lalu, 10 September 2011 kami tetapkan sebagai tahap penyempurnaan. Dengan sukarela kami tunjukkan bhakti kami kepada Sang Lingkungan

“Bahwa kami bukanlah kacang yang lupa akan kulitnya. Bahwa kami adalah pecahan cermin yang bersatu untuk memantulkan bayangan paling indah. Bahwa kami adalah sekumpulan lidi yang bersatu membersihkan sampah yang mengotori Lingkungan kami (SMA NEGERI 2 SAMARINDA). SEMOGA.”

Joko (permainanmu cikal bakal ceritaku), Aisyah (kau sosok Ibu idaman), Bonar (Botakmu menunjang pendalaman karaktermu), Jarot (Wajahmu polos bagai sang penolong), Sukma (kau memainkan peranmu dengan baik), Furqon (jadilah orang baik yang sesungguhnya), Dhani (aku rindu tertawamu), Seno (actingmu sungguh tak mebosankan), Siti (mainkan bibirmu sekali lagi sebelum action), Asti (hadirmu melengkapi cita rasa cerita), Bondan (aku tertolong dengan kedatanganmu), Norman berbadan besar alias adit (entah siapa yang memanggil namanya, tapi aku mendaftarkan diri sebagai sahabat Norman, walaupun orang tak mengenalnya), semua anak buah Bondan #Tyo (kau seperti mafia dari Tailand) #Michael (tatapan matamu begitu ganas) #Ba’un (sorakan terbesar ada pada Shotmu) #Yono (baju putihmu cocok untuk peranmu), Para Polisi #Hendy (kau promotor kami) #kalen (bicaramu bagaikan sabda Rosul) #Esmu (kau cocok pegang senjata itu) #Lukman (kakimu terlalu kurus, tapi actingmu bagus) #Diendy (cara mati yang menarik) #Andre (ini dia polisi yang sesungguhnya), tiga preman #Dedy (kacamatamu bagus,,,assseeek) #Agil (kata bapakku mukamu cocok dengan peranmu) #Reza (jagalah Sukma dengan sebenar-benar takwa), Tukang Pos (hanya itulah namanya selain berstatus sebagai anak Bondan), Nyonya Sinta (maafkan aku yang tak menghiraukanmu kemarin..hehhehe)

Terima kasih kepada semua pihak yang membantu. Harry Suci Kesaktian, Ahmad Abul Khoir, Bayu Djailani, Yudha Aprilianto, Permata Nirwana, Indra rukmana, Dimas Mulawarman, Tyas, Dll yang tak bisa disebutkan satu persatu karena aku lupa namanya.
I MISS U ALL :)

No comments:

Post a Comment